FAJAR - Cikarang │23 Maret 2013 19:19:09 bbwi│
Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, bulan
berganti tahun tak terasa kita sekarang sudah dewasa. Alhamdulillah hingga
sejauh ini liku-liku hidup telah dilalui dan semua itu tidak lepas dari
bimbingan kedua orang tua kita yang dengan sabar, penuh cinta dan kasih sayang,
tulus penuh pengorbanan telah membina kita sehingga terbentuklah diri kita
menjadi pribadi, menjadi karakter yang dapat menghadapi tantangan hidup hingga
saat ini.
Dan sekarang, kitalah yang menjadi orang tua bagi
anak-anak kita, sejuta harapan yang baik bagi kebahagiaan anak-anak kita menjadi
suatu motivasi dalam membina dan membesarkan generasi penerus darah daging kita
dimasa yang akan datang.
“Seorang anak akan menjadi Yahudi atau Nasrani tergantung
(bimbingan) orang tuanya.” (Al
Hadits)
If a child lives with
criticism,
He learns to condemn.
Jika anak hidup dalam
kritikan,
Ia belajar menyalahkan.
If a child lives with
hostility,
He learns to fight.
Jika anak hidup dalam
permusuhan,
Ia belajar berkelahi.
If a child lives with
ridicule,
He learns to be shy.
Jika anak hidup dalam
ejekan,
Ia belajar menjadi rendah
diri.
If a child lives with shame,
He learns to feel guilty.
Jika anak selalu dipermalukan,
Ia belajar merasa bersalah.
If a child lives with
tolerance,
He learns to be patience.
Jika anak hidup dalam
toleransi,
Ia belajar bersikap sabar.
If a child lives with
encouragement,
He learns to confidence.
Jika anak selalu diberi
semangat,
Ia belajar percaya sendiri.
If a child lives with
praise,
He learns to appreciate.
Jika anak hidup dalam
pujian,
Ia belajar menghargai.
If a child lives with fairness,
He learn to justice.
Jika anak hidup dalam
keadilan,
Ia belajar bersikap adil.
If a child lives with
security,
He learns to have faith.
Jika anak hidup dalam rasa
aman,
Ia belajar memiliki
keyakinan.
If a child lives with
approval,
He learns to like himself.
Jika anak hidup dalam
pemahaman,
Ia belajar meyukai dirinya.
If a child lives with
acceptance and friendship,
He learns to find love in
the world.
Jika anak hidup dalam
penerimaan dan persahabatan,
Ia belajar menemukan cinta
dalam hidup.
(Taken
from: Ronnie, Doni – The Power of Emotional & Adversity Quotient for
Teacher)
Terlepas dari harapan yang memotivasi kita dalam membina
anak-anak, lebih jauh di dalam Al Qur’an surat At Tahrim orang-orang beriman
diperintah oleh Alloh SWT untuk menjaga dirinya dan membina keluarganya agar
selamat dunia akhirat yaitu:
$pkš‰r'¯»tƒ
tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#þqè% ö/ä3|¡àÿRr& ö/ä3‹Î=÷dr&ur #Y‘$tR $ydߊqè%ur â¨$¨Z9$# äou‘$yfÏtø:$#ur $pköŽn=tæ îps3Í´¯»n=tB ÔâŸxÏî ׊#y‰Ï© žw tbqÝÁ÷ètƒ ©!$# !$tB öNèdttBr& tbqè=yèøÿtƒur $tB tbrâsD÷sムÇÏÈ
(Q.S. At Tahrim: 6)
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa
yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”
Bahkan
kita para orang tua mempunyai andil dalam menentukan umat manusia dimasa yang
akan datang, bagaimana para orang tua membina anak-anaknya sehingga menjadi
hamba Alloh yang faqih dan mengerti hukum-hukum Alloh dan Rasulnya.
هَلاََكَ اُمَّتِي عَلَي يَدَيْ اُغَيْلِمَةٍ سُفَهَاء
(رواه البخاري)
Artinya:
Rusaknya umatku disebabkan karena generasi muda yang tidak faham agama
Jika
kita gagal membina anak-anak kita, maka umat yang akan datang akan terdiri dari
manusia-manusia sufaha yang tidak lain adalah anak-anak kita yang telah
beranjak menjadi dewasa. Sehingga tatanan kehidupan saat itu tidak mengerti
larangan dan perintah Alloh dan Rasul, tidak mengenal halal harom, tidak
mengerti mana haq mana bathil, tidak tahu batas mahrom dan bukan mahrom. Kalau
hal ini terjadi maka rusaklah umat Nabi Muhammad SAW dan atas keajadian ini
nanti di akhirat kita sebagai para orang tua akan dimintai pertanggung jawaban
bagaimana kita telah membina anak-anak kita sehingga menyebabkan rusaknya umat.
Sehingga karena kelalaian kita sendiri dalam membina keluarga telah menjadikan
anak dan istri kita menjadi BOOMERANG bagi kita di akhirat. Naudzubilah min
dzalik.
$pkš‰r'¯»tƒ šúïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä žcÎ) ô`ÏB öNä3Å_ºurø—r& öNà2ω»s9÷rr&ur #xr߉tã öNà6©9 öNèdrâ‘x‹÷n$$sù 4 bÎ)ur (#qàÿ÷ès? (#qßsxÿóÁs?ur (#rãÏÿøós?ur cÎ*sù ©!$# Ö‘qàÿxî íO‹Ïm§‘ ÇÊÍÈ
(Q.S.
At Taghobun:14)
Artinya:
“Hai orang-orang mukmin, Sesungguhnya di antara Isteri-isterimu dan anak-anakmu
ada yang menjadi musuh bagimu[1479] Maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka
dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) Maka
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Tetapi
jika kita berhasil membina anak-anak kita menjadi anak-anak yang shaleh dan
taat pada ketentuan Alloh dan Rasulnya, maka itu merupaka investasi yang luar
biasa besarnya untuk bekal kita menghadap Sang Khaliq.
اِذَ مَاتَ الاِ نْسَانُ اَنْقَطَعَ
عَنْهُ عَمَلَهُ اِلاَّ مِنْ ثََلاَثٍ صَدَقَةٍجَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ
وَوَلَدٍصَا لِحٍ يَدْ عُوْلَهُ
(رواه الترمذي ج ٢ ص
٤١٨)
Artinya:
“Ketika manusia meninggal, maka putuslah pengamalannya kecuali 3 hal (yaitu)
Shadaqoh Jariyyah, Ilmu yang bermanfaat, Anak sholih yang mendo’akan orang
tuanya.”
Demikian
sedikit ungkapan hati ini, semoga memberi manfaat dan barokah bagi kita semua
yang membacanya, tidak lain semua ini disampaikan sebagai menjalankan perintah
Alloh SWT untuk saling berwasiat yang baik dan saling menasihati.
öÏj.sŒur ¨bÎ*sù 3“tø.Ïe%!$# ßìxÿZs? šúüÏZÏB÷sßJø9$# ÇÎÎÈ
(Q.S.
Adzariat: 55)
Artinya:
“Dan tetaplah memberi peringatan, Karena Sesungguhnya peringatan itu bermanfaat
bagi orang-orang yang beriman.”
الحمد لله جز كم الله خيرا